Penting Menjaga Kondisi Emosi Calon Orang Tua Baru Karena Pengaruhi Tempramen Anak

Rizki Adis Abeba | 7 Agustus 2019 | 20:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Menjaga kondisi emosional calon orang tua, baik ibu maupun ayah, selama masa kehamilan ternyata tidak kalah penting dari menjaga asupan makanan ibu hamil. Sebab kondisi psikis calon orang tua ternyata berkaitan dengan tempramen anak kelak.

Hal ini diungkap kan dalam hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Birmingham, Inggris, Universitas Leiden, Belanda, dan Universitas New York di AS. Menurut penelitian, masalah perilaku dan tempramen anak di masa balita sangat berkaitan dengan kondisi psikologis dan tingkat stres yang dialami orang tua di masa kehamilan. Tidak hanya pada ibu, namun juga pada calon ayah.

“Sejak dahulu, pengalaman menjadi ayah untuk pertama kalinya selalu disisihkan atau diperlakukan secara terpisah dari pada ibu,” ungkap Claire Hughes, peneliti dari Pusat Penelitian Keluarga di Cambridge, Inggris.

“Hal ini harus diubah karena kesulitan di hubungan awal anak dengan orang tua, baik ibu maupun ayah, dapat memberikan efek jangka panjang,” lanjut Claire Hughes.

Jika masalah psikologis orang tua di masa kehamilan tidak bisa dihindari atau diatasi, maka efeknya pada anak bisa bermanifestasi pada masalah perilaku di usia balita. Terkadang tanpa disadari gangguan perilaku anak muncul dalam fase yang biasa disebut “Terribble Two”, di mana anak bertumbuh secara pesat secara fisik dan mental di usia dua tahun dan kerap menunjukkan perilaku yang emosional.

Penelitian ini mengamati perilaku 438 orang tua baru di Inggris, Belanda, dan AS sejak sebelum anak mereka lahir lalu memantau anak mereka ketika berusia empat bulan, 14 bulan, dan 24 bulan. Hasilnya, anak-anak yang orang tuanya mengalami tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pada masa kehamilan cenderung menunjukkan perilaku yang rewel, emosional, tidak bisa dian, dan mudah terpicu untuk mengalami tantrum.

Selain itu, jika orang tua mengalami konflik dalam hubungan mereka selama kehamilan, entah karena ada hal yang membuat tidak bahagia maupun konflik fisik, maka ketika anak menginjak usia dua tahun mereka cenderung menjadi anak yang selalu merasa khawatir, tidak bahagia, ketakutan, dan mudah cemas ketika berhadapan dengan situasi baru.

“Penemuan kami menggarisbawahi kebutuhan akan dukungan dini dan efektif untuk pasangan pengantin baru dalam mempersiapkan mereka memasuki masa transisi menuju masa-masa menjadi orang tua,” urai Claire Hughes.

Pasangan yang baru menikah dan sedang menjalani program kehamilan harus memastikan bahwa mereka dalam kondisi bahagia. Dan perlu diingat bahwa dukungan moril tidak hanya dibutuhkan oleh ibu hamil tetapi juga oleh para calon ayah.

(riz / ray)

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait